Difusi Inovasi Online Berbasis Pengangguran
Lonjakan pengangguran akibat sempitnya lapangan kerja dan
ketimpangan sistem pendidikan merupakan masalah sosial yang sangat serius.
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan jalan
penyelenggaraan pendidikan nonformal bagi generasi muda. Namun, penyelenggaraan
pendidikan nonformal yang ada kurang efektif dan tidak sesuai dengan kemajuan
jaman sehingga kurang diminati rakyat. Lembaga pendidikan nonformal perlu
transformasi agar lebih adaptif dengan semangat jaman serta lebih bernilai
tambah.
Mestinya
lembaga pendidikan nonformal di tingkat kecamatan yakni PKBM (Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat) dan SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) di tingkat kabupaten
atau kota segera ditransformasikan menjadi wahana difusi inovasi yang bersifat
online dan kolaboratif. Dalam teori sosiologi, difusi inovasi sering dikaitkan
dengan proses pembangunan masyarakat. Sedang inovasi merupakan awal untuk
terjadinya perubahan sosial. Perubahan sosial itu pada dasarnya merupakan inti
dari pembangunan masyarakat. Pakar sosiologi Rogers dan Shoemaker
menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial.
Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan
fungsi sistem sosial. Pada prinsipnya difusi inovasi diartikan sebagai suatu
proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran
komunikasi tertentu, pada suatu kurun waktu tertentu,
kepada anggota suatu sistem sosial. Pada saat ini proses komunikasi yang
ideal adalah melalui lembaga yang bersifat online yang memiliki materi kursus
yang bersifat kolaboratif dan bisa diakses dengan beragam perangkat
TIK.
Lembaga difusi
inovasi online yang akan dikembangkan dinegeri ini sebaiknya menggunakan
platform Opencourseware (OCW). Opencourseware Consortium adalah inisiatif yang
menyelenggarakan berbagai kursus dengan biaya murah bahkan gratis. Pada awalnya
inisiatif tersebut ditujukan untuk kalangan mahasiswa, tetapi kini mulai
diterapkan untuk kalangan sekolah dasar dan menengah. Platform tersebut
dipelopori oleh perguruan tinggi terkemuka di dunia yaitu MIT (Massachusetts
Institute of Technology). Antara lain dengan memberikan secara gratis seluruh
bahan kuliahnya melalui Internet dalam berbagai bentuk seperti modul belajar,
ujian, tugas, diktat kuliah, e-book dan multimedia termasuk online streaming
serta suatu lingkungan kolaborasi. Hal tersebut pada intinya memungkinkan
pengakses saling berinteraksi seperti misalnya membentuk studi group maupun
berkomunikasi dengan para dosen. Platform itu disebut Opencourseware yaitu
suatu aplikasi interaktif berbasis web dan open source. Di sejumlah negara
Opencourseware ternyata juga telah dimanfaatkan untuk aplikasi non pendidikan,
misalnya untuk pemberdayaan komunitas serta knowledge repository sejumlah
aktivitas publik.
Lembaga difusi
inovasi online yang berada di pelosok wilayah negeri ini bisa menggunakan
konten pendidikan generik gratis dan kolaboratif yang telah eksis di negeri
ini, seperti contohnya Crayonpedia. Apalagi pengelola Crayonpedia telah
berusaha melakukan pelatihan bagi para guru khususya terkait layanan dan
mengenai perkembangan TIK pada umumnya. Terutama yang menyangkut kaedah
internet sehat, produktif, kreatif dan inovatif. Selain itu terus
melakukan pengayaan konten, termasuk materi kursus praktis dan
teknologi tepat guna sehingga volumenya semakin banyak, beragam dan up to date.
Sehingga konten memiliki keandalan sebagai materi ajar lewat modul online.
Di negara maju
kursus online menjadi perhatian serius. Kursus itu terutama dibidang teknologi
informasi dan administrasi bisnis. Materi kursus secara mudah dapat diunduh.
Para siswa juga dapat mengambil ujian atau tes untuk melanjutkan ke unit kursus
berikutnya. Tes akan dinilai secara otomatis, atau akan direview oleh beberapa
siswa lain. Karena strategisnya peran kursus online, sampai-sampai Presiden AS
Barrack Obama telah menyediakan anggaran 50 juta dollar AS per tahun untuk
penyelenggaraan kursus-kursus yang disediakan gratis bagi semua
orang. Serta membuat sistem elektronik untuk membantu proses pembelajaran dalam
kursus-kursus tersebut. Penyelenggaraan kursus bersifat modular dan object
based (berbasis obyek) sehingga mereka akan dapat interoperable dan dapat
menawarkan bermacam-macam platform teknologi. Sehingga materinya bisa secara
rutin diposkan dalam beberapa situs social media, seperti YouTube, Flickr dan iTunes
U.
Program
pemerintah untuk menanggulangi pengangguran sebaiknya terfokus kepada lembaga
difusi inovasi online dengan obyek komoditas dan sumber daya lokal. Materi
Difusi inovasi online dalam kondisi bangsa Indonesia seperti sekarang ini
sebaiknya materi kursus terkait dengan industri kreatif, penyediaan pangan
lokal, peternakan, dan hal-hal produktif lainnya. Materi kursus online
disesuaikan dengan kondisi demografis yang sesuai dengan hasil sensus penduduk
2010. Data Badan Pusat Statistis (BPS) menunjukkan bahwa jumlah
pengangguran di Indonesia hingga 2009 saja mencapai 9.259.000 orang.
Kualifikasi yang paling kritis dan kompleks persoalannya adalah para lulusan
SLTA hingga tidak tamat SD. Mereka itu belum mendapatkan skema dan program
ketenagakerjaan yang layak. Nasib mereka terabaikan oleh negara dan dibiarkan
begitu saja mengais rejeki sedapat-dapatnya. Mestinya untuk mengatasi
pengangguran diawali dengan reinventing pendidikan nonformal yang bersifat
difusi inovasi yang bermuatan produktifitas dan kreatifitas sesuai dengan
kemajuan jaman. Reinventing dalam arti menemukan kembali arti penting
pendidikan nonformal sesuai dengan semangat dan kemajuan jaman akan bisa
memberikan bekal praktis bagi para penganggur. Sayangnya, pendidikan nonformal
yang di selenggarakan pada saat ini terlihat asal-asalan dengan muatan atau
content yang sudah usang. Organisasi pendidikan nonformal di tingkat Kecamatan
yang disebut PKBM ( pusat kegiatan belajar masyarakat ) dan di tingkat Kabupaten/Kota
yang disebut SKB (sanggar kegiatan belajar) tidak mampu beradaptasi dengan
kemajuan jaman.
Semua pihak
harus sadar bahwa akar dari masalah pengangguran itu karena adanya krisis
pendidikan. Ada baiknya kita menengok sejarah dunia, dimana pada 1967 di
Williamburg Virginia AS diselenggarakan konferensi internasional tentang krisis
kependidikan dunia. Inisiatif itu datang dari mantan guru yang kemudian menjadi
Presiden Amerika Serikat, yakni Lyndon B.Johnson. Pelaksanaan konferensi
diikuti oleh 150 pemimpin negara dan menghasilkan rekomendasi mengenai peranan
penting pendididkan nonformal atau kursus yang sesuai dengan perkembangan
teknologi.
http://www.hdn2020.com/2011/07/08/difusi-inovasi-online-atasi-penganguran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar